Di jaman jepang, Hosokyoku tidak membuka cabangnya disini, juga tidak meneruskan usaha relay seperti NIROM.
Baru sesudah Republik Indonesia diproklamirkan pada atahun 1945, pemuda-pemuda Cirebon bangkit hendak membuka stasion siaran radio. Pertimbangannya ialah karena Cirebon nanti bias menjadi voorpost republic Indonesia, jika Jakarta jatuh di tangan musuh. Kedua Cirebon memang kota pelabuhan yang penting, yang juga dipertahankan kuat oleh rakyat dan tentara kita.
Demikianlah oleh Ir. Setiadi dikumpulkan peminat-peminat yang menyala-nyala cita-cita kemerdekaannya dan dirumahnya kemudian disusun sebuah panitia yang bertugas mengusahakan berdirinya sebuah pemancar siaran radio.
Panitia itu terdiri dari Ir. Setiadi sebagai ketua, dibantu oleh saudara.2 Anwar sebagai Isnudikarta sebagai wakil ketua, Baharmuz sebagai penasihat umum, J.Leman sebagai Bedahara, E. Tasya sebagai pemimpin persiapan teknik dan sukartono, Atmoko, Siswanto, Sukarto selaku pembantu.
Dengan bantuan segala pihak sebuah pemancar telegrafi dapat dikuasai, akan tetapi sendirinya ini harus diubah dahulu menjadi pemancar siaran.
Ini belum dapat terlaksana, sukur sudah tiba bantuan yang besar dari RRI Jakarta berupa sebuah pemancar dengan kekuatan 25 watt. Lalu memikirkan gedungnya dan ini tidak mudah, sebuah gedung didalam kota sukar didapat. Dapat dipakai sebuah gedung pabrik rokok Cirebon, yang letaknya k.I. 8km dari kota.
Dengan kekuatan keuangan dan kekuatan tenaga pengurus sendiri, gedung dibangun mendjadi sebuah studio. Walaupun dengan peralatan yang serba darurat dan sederhana melalui gelombang 125,52 meter atau frekuensi 2390 KHz, RRI Cirebon mulai mengudara dan menyelenggarakan siaran setiap hari mulai pukul 06.00 - 08.00 pagi hari, kemudian pukul 12.00 - 14.00 siang hari, selanjutnya siaran sore - malam hari pukul 17.00 - 23.00, Khusus untuk malam minggu siaran dari pukul 17.00 - 24.00 WIB.
Menyusul bantuan lagi dari Jakarta, berupa tenaga dari R.R.I. Jakarta, melengkapi tenaga daerah. Dan tepat pada tanggal 17 April 1946 diresmikan berdirinya R.R.I. Cirebon dan dengan ini tugas Panitia selesai dengan hormat.
Tetapi oleh karena kedudukan belum tugas benar, terpaksa Ir. Setiadi masih ikut campur sebagai Penasehat.
Kesukaran-kesukaran studio diluar kota mudah dimengerti, istimewa mengenai pengangkutan seniman seniwati dan pegawai yang umumnya harus didatangkan dari kota. Keuangan menjadi boros. Oleh karena itu pimpinan memberanikan diri meminta gedung Kabupaten, yang pada waktu itu yang menjadi Bupati adalah Mr. Ma'mun. Sudah tentu memindahkan Kepala Kabupaten ini tidak mungkin, dan oleh karenanya Radio ditunjuk sebuah tempat, meskipun kecil, sudah didalam kota.
Gedung ini terletak di jalan Kehuman. Pemindahan studio ini dikerjakan malam hari sehabis siaran, sehingga bagi pendengar tidak akan merasa dan mengerti bahwa siarannya sudah pindah didalam kota.
Pada waktu saudara. Maladi, Kepala jawatan Radio mengadakan peninjauan dinas ke Jawa Barat dan singgah di Cirebon, dapatlah ditentukan status Cirebon menjadi Cabang R.R.I, dengan susunan sebagai berikut:
Pimpinan Umum sdr. R.M. Kindarsy, Kepala Teknik sdr. Achmad Jusuf, Wakil Kepala Teknik sdr. E. Tasja, Redaksi sdr. Siswo, A. Tjokrohardjo, Programa sdr. Abdulrachman, Tata Usaha sdr. Abdul Fatah Mardai, dibantu dua orang penyiar dan beberapa operator.
Pada tahun 1946 kekuatan pemancar ditambah menjadi 40 Watt. Tiga bulan sebelum clach jang pertama, datang sebuah pemancar cadangan dari Jogja jang semula ditempatkan di Kabupaten Kuningan. Kemudian atas petunjuk Bupati Kuningan, pemancar tersebut dipindahkan ke Linggadjati, tidak jauh dari tempat perundingan Indonesia-Belanda, yang menciptakan Naskah Linggadjati".
Pada tahun 1947 sebelum Belanda memulai aksi militernya, instruksi sudah ada dari Pusat untuk memindahkan alat-alat yang penting. Tepat pada jam 16.00 sore hari Rabu tgl. 23 juli 1947 Belanda masuk kota Cirebon. Belum banyak yang dapat dikeluarkan, R.R.I. Cirebon keburu disergap. Pegawai ditangkap. Arsip-arsip dirampas. Alat-alat dikuasai. Hanya jalan yang menuju Kuningan masih belum dikuasai Belanda, dan pegawai yang dapat meloloskan diri bisa menudju ke Linggajati Kuningan (sekitar 25 kilometer dari kota Cirebon ) untuk menyelamatkan alat-alat pemancar. Karena diduga tidak akan sempat lagi mengangkut alat-alat Cadangan tadi, maka alat-alat serta pemancarnya ditanam didalam tanah agar tidak dapat dikuasai Belanda.
Kemudian Belanda mendirikan pemancar sendiri dan mengajak kru RRI Cirebon untuk bergabung, namun ditolak. Sejak saat itu praktis RRI Cirebon tidak mengudara dan keadaan ini berlangsung sampai akhir tahun 1949.
Waktu ada kesempatan baik, untuk mengbongkar yang telah ditanam itu, ternyata barang-barang dan peralatan pemancar itu sudah rusak sama sekali.
Pada tahun 1950 setelah penyerahan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda Kru RRI Cirebon dan Jawatan Radio, berusaha untuk membuka kembali sebuah stasion radio di Cirebon, pada gelombang 125.52 meter dengan mengusahakan memperbaiki dan menggunakan pemancar yang telah tertanam di Linggajati.
Pada tahun 1952 atas kehendak masyarakat Cirebon yang didukung oleh segenap instansi Pemerintah / swasta dibuatlah resolusi ke RRI Pusat Jakarta agar RRI Cirebon dapat segera mengudara kembali. Niat itu baru terlaksana dan diresmikan pembukaannya R.R.I. Cirebon pada tahun 1952 tersebut, dibawah pimpinan sdr. Suparto, yang dipindahkan dari Solo.
Meskipun pada statusnya R.R.I. Cirebon ini masih sebagai pemancar-relay, akan tetapi ini membuktikan bahwa siaran-siarannya sendiri semakin maju,
Saat itu Studio R.R.I. Cirebon terletak didepan Kabupaten. ( Depan Alun-Alun Kejaksan Sekarang) sampai dengan tahun 1959 achir dan pegawainya hanya beberapa orang, antara lain jang paling senior Fadjar Madradji dan Rasdju, sedangkan sebagai Kapstonja sdr. Suparto.
Pada tahun 1960 siaran RRI Cirebon menjadi salah satu sarana hiburan dan informasi dari beberapa jenis acara yang disuguhkan, dengan pemancar 300 watt dan Colombo plan 1 Kw serta modulasi lane yang terletak di Penggung, dan operasionalnya ditangani oleh beberapa teknisi antara lain Sunenda, lljas Tahir, Kawi Danudji, kepala pemancar Rochwasono.
Pada tahun 1965 siaran RRI sangat ketat untuk menyiarkan suatu acara maupun berita-berita, semasa G.30 S PKI semua naskah siaran termasuk naskah siaran agama harus diperiksa dulu oleh Seksi V Kodim, dan naskah yang akan disiarkan harus direkam terlebih dahulu.
Pada tahun 1974 mendapat Pemancar baru dari Jerman dengan kekuatan 10 Kw yang gedung pemancarnya terletak di Kecamatan Weru, diatas tanah seluah 5 Ha, tanah 5 Ha di Weru tersebut dananya dari Pemda Propinsi Jawa Barat bersama RRI Bandung yang dibayarkan kepada Pemda Kabupaten Cirebon, saat itu Kepstanya adalah Fadjar Madradji.
Pada tahun 1976 Pemancar baru dipasang dan dioperasionalkan, sedangkan stasiun RRI nya beralamat di jalan Siliwangi Cirebon depan Balai Kota Cirebon.
Pada tahun 1981 - 1982 RRI Cirebon membeli tanah di jalan Brigjen Dharsono By Pass.
Pada tahun 1982 mulai dilakukan pengurugan tanah sampai ketinggian 1 meter, kemudian dilanjutkan dengan pembangunan gedung kantor RRI Cirebon . Rencana semula akan dibangun gedung kantor bertingkat dengan beberapa tahap pembangunan, tetapi setelah selesai tingkat 1 (dasar) ternyata untuk kelanjutan bangunan tingkat 2 tiang - tiang penyangganya tidak kuat, sehingga bangunan hanya sampai pada tingkat dasar.
Pada tanggal 1 April 1984 studio siaran pidah ke Jl. Brigjen Dharsono By Pass, tetapi Tata Usahanya masih di jalan Siliwangi (depan Balai Kota Cirebon) karena perlengkapan / sarana perkantoran belum memadai. Di gedung kantor yang baru ini RRI juga mulai mengembangkan acara siaran-siaran lansung seperti wayang golek, wayang kulit, jaipongan dan Iain-Iain.
Pada tahun 1983 - 1988 Kantor RRI Cirebon di jalan Brigjen Dharsono By Pass secara keseluruhan difungsikan, semua karyawan berikut peralatan perkantoran serta aktifitas kegiatan kantor berjalan dengan lancar, yang dipimpin oleh Kepala RRI Cirebon Drs. BANI KOESBANI.
Pada tahun 1988 - 1992 terjadi mutasi pimpinan dari Bp. Drs. BANI KOESBANI kepada Bp.BAGUS GIARTO.B.Sc sampai dengan tahun 1992. Dalam meneruskan estafet kepemimpinan RRI , beliau membenahi kinerja SDM, terutama melaksanakan Surat Edaran Bersama menteri Penerangan Rl dan Kepala BAKN nomor : 01,02, 03/SEB/MENPEN/1989 tentang jabatan fungsional, maka diusulkan pengangkatan karyawan RRI Cirebon sebanyak 68 orang yang akan menduduki jabatan fungsional Teknisi Siaran, Andalan Siaran dan Adikara Siaran. Beliau juga mendirikan Mushola RRI disamping kanan Kantor RRI pada tahun 1991.
Pada tahun 1992 - 1995 Kepala RRI Cirebon dipimpin oleh Drs.Moh.Santoso, Kegiatan operasional siaran berjalan biasa-biasa saja dengan kekuatan SDM 116 orang.
Pada tahun 1995 - 1999 Kepala RRI Drs. ABU ALIM MASYKURI, beliau menhidupkan seni budaya Cirebon, dengan mengadakan Sepekan Pagelaran Budaya pada Hari Bakti RRI ke 51 tahun 1996, dengan menampilkan Masres, Wayang Kulit, Wayang Golek, Jaipong dan Tarling di Panggung Budaya RRI Jl. Brigjen Dharsono By Pass Cirebon.
Pada tahun 1999 - 2000 Kepala RRI Dr. MUCHLIS AMIN, beliau juga membenahi SDM nya , dengan menerapkan PP.30 tahun 1980.
Pada tahun 2000 - 2004 Kepala RRI Cirebon Drs.H.LASIMAN, beliau meningkatkan kesejahteraan karyawan dengan mengusulkan kepada DIRUT RRI untuk mengizikan, memanfaatan tanah pemancar seluas 1,5 Ha untuk dibangun rumah hunian karyawan RRI Cirebon. Dan telah mendapat persetujuan dengan surat Nomor: 1101/DIRUT/SEK/2003, tanggal 5 Nopember 2003 untuk memanpaatkan sementara sebelum ada pelepasan hak milik tanah dari Departemen Keuangan Rl.
Pada tahun 2004 - 2005 Kepala RRI Cirebon Dra. R NIKEN WIDIASTUTI.M.Si beliau telah menyelesaikan permasalahan pemutusan hubungan kerjasama pengelolaan operasional Pro 2 RRI Cirebon pada tahun 2004. Dalam waktu yang singkat beberapa hal yang belun terselesaikan seperti pengkaplingan tanah di Weru, dilanjutkan sampai dengan terbitnya surat usulan DIRUT RRI kepada Dep. Keuangan Rl. Cq. Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan surat no : 82/DIRRUT/SEK/2005, tanggal 26 Januari 2005. Disamping itu beliau juga menggalang hubungan kerjasama dengan Pemda se Wilayah III Cirebon serta pihak Swasta sampai dengan sekarang dengan mengacu pada PP Rl no : 37 tahun 2000 , tentang Pendirian Perusahaan Radio Republik Indonesia dan PP.RI no : 12 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia.
Pada tahun 2005 - 2006 Kepala RRI Cirebon Dra. SARASWATI SA. beliau meningkatkan di bidang sumberdaya manusia dan kesejahtraan pegawai RRI Cirebon.
Pada tahun 2006 - 2009 Kepala RRI Cirebon Dra. ERSNA PRAHESTI beliau meningkatkan kesejahtraan pegawai dan sumberdaya manusia, RRI Cirebon membuat sejarah memecahkan 3 (tiga) Rekor Muri di bidang penyiaran yaitu, Parade Band Peserta Terbanyak, (150) group band) Menyiarkan siaran terlama parade band, Pemrakarsa Penyelenggaraan Parade Band.
Pada periode 2009-2011 Kepala RRI Cirebon Drs. MULIARDI, MM. beliau adalah prestasainya meningkatkan kesejahtraan pegawai dan meningkatkan jangkauan siaran RRI Cirebon, dan membuat acara
Pada periode 2011 -2013 Kepala RRI Cirebon Dra.SOPHIA ENDANG WIDOWATI beliau Salah Satu Srikandi RRI yang telah mempelopori terwujudnya Gedung bam RRI lebih megah dari sebelumnya sehingga karyawan merasa nyaman dan lebih semangat lagi dalam melaksanakan tugas sehari-hari
Catatan:
Sejarah berdirinya RRI Cirebon dari th 1930 - 1953,
Disalin sesuai aslinya dari:
BUKU CETAKAN PERTAMA Diterbitkan Oleh :
Kementrian Penerangan - Djawatan Radio Republik Indonesia
Tahun 1953
Sejarah berdirinya RRI Cirebon dari th 1930 - 1953,
Disalin sesuai aslinya dari:
BUKU CETAKAN PERTAMA Diterbitkan Oleh :
Kementrian Penerangan - Djawatan Radio Republik Indonesia
Tahun 1953
Tidak ada komentar:
Posting Komentar